Segerombolan remaja berseragam putih abu-abu bersiap di pinggir jalan dengan
membawa aneka persenjataan :batu, bambu, kapak, dan sebagainya. Mereka seolah akan
melakukan peperangan. Saat yang dinanti tiba, ketika lawan telah datang.
“serbuu” terdengar tanda komando untuk memulai serangan. Siswa-siswa itu berhamburan
dan beraksi layaknya adegandalam film action.
Kurang lebih seperti itulah gambaran peristiwa tawuran yang baru-baru ini banyak
diberitakan di media massa. Tawuran antar pelajar merupakan salah satu hal yang
benar-benar memukul wajah pendidikan Indonesia.Tidak hanya pada jenjang pendidikan
menengah atas, namun juga di perguruan tinggi.
Salah satu penyebab adalah bisa jadi Karena kuatnya rasa solidaritas antaran
ggota, yang mana rasa solidaritas tersebut mengarah pada hal-hal yang sifatnya destruktif.Emosi
telah mengalahkan rasio sehat mereka hingga kemudian terjadi tawuran.
Sebenarnya masih banyak alasan yang melatarbelakangi terjadinya tawuran.Yang
pasti, degradasi moral merupakan musibah nyata bagi generasi muda
Indonesia.Masa yang seharusnya menjadi masa keemasan untuk menorehkan prestasi bahkan
kemudian berbalik menja disuatu masa yang dalam QS.An-nashr disebut
“masakerugian.”Mereka tidak berfikir apa akibat yang ditimbulkan, jika terluka atau
bahkan jika sampai memakan korban tewas. Tawuran tidak hanya merugikan mereka para
pelaku tetapi juga masyarakat dan lingkungan sekitar.Kerusakan infrastruktur,
menimbulkan kemacetan, serta membahayakan orang lain.
Jika dalam ilmu jiwa disebutkan bahwa remaja merupakan jiwa yang masih labil
dan dalam masa pencarian jati diri, seharusnya mereka dididik dan diarahkan dengan
penguatan-penguatan karakter-karakter yang baik atau dalam islam disebut akhlaqulkarimah.
Penanaman karakter-karakter baik juga harus mulai ditanamkan semenjak kecil dan
selalu dibiasakan dalam keluarga.Sehingga kelak jika mereka beranjak remaja atau
saat dewasa mempunya idasar yang kuat dan tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal buruk.Selain
itu, sekolah saat ini juga harus menerapkan kurikulum yang memuat pendidikan karakter.Pendidik
juga harus memberikan bimbingan-bimbingan yang dapat membantu mereka memahami bagaimana
kondisi jiwa yang sehat dan tak sehat, pengendalian emosi serta bagaimana hidup
di lingkungan sosial mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar