Sabtu, 05 September 2020

Berbagi Cerita: Lolos CAT dan Keterima CPNS! (Part 1)

FDK UIN Walisongo (Sumber: Company profile KPI UIN Walisongo Semarang)


Sejujurnya, tidak pernah saya bercita-cita secara langsung jadi PNS. Hanya sederhana saja cita-citanya, mengajar, menjadi pemateri, menulis, dan workholiday alias jalan-jalan. Sederhana tapi kok panjang bener hehe.

Tapi setelah saya telusuri, ternyata saya pernah mbatin, kalau di keluarga besar saya itu ketika lebaran kebanyakan nggak ada yang riweh segera mudik ke kota. Nggak ada yang jadi pegawai negeri atau BUMN gitu. Ternyata kok Allah memberikan amanah ini pada saya.

Dorongan mendaftar CPNS ini pertamanya dari kaprodi S2, temen-temen seangkatan di S2, dikuatkan oleh orang tua. Jadi kami ya ngurusnya memang bareng-bareng. 

Kebetulan setelah kami lulus, pemerintah membuka penerimaan CPNS 2018. Dan kebetulan lagi, PTKIN banyak membuka lowongan untuk dosen dan jurusannya sesuai. Maha Besar Allah atas segala skenarioNya. Agustus selesai ujian tesis, September 2018 kami wisuda. Setelah wisuda, saya mudik dan langsung kerja di PTS di dekat rumah. Lalu ikut CPNS dan keterima. Kali ini saya ingin membagi proses nyari kerja dengan agak panjang. Kalau temen-temen ingin dengar ceritanya, mari kita teruskan. hehe

Setelah lulus bingung nyari kerjaan, harus ngapain?

Mungkin bagi sebagian orang ada yang cepat habis legalisirnya, untuk daftar lamaran kerja ke sana kemari. Mungkin kalian capek, mungkin putus asa, tapi jangan menyerah. Siapa tahu jika banyak berkas yang kamu sebar ketolak, tapi berkas terakhir di terima. Jadi tidak apa, lanjutkan usahamu tapi dengan strategi. 

Jujur, saya lulusan pesantren, saat jadi mahasiswa magister saya pernah daftar jadi guru TPQ, tapi ketolak gais, ya malu ya lucu. Dan itu adalah wawancara pertama saya dalam mencari pekerjaan dengan prosedur resmi. Juga  pemberkasan pertama saya untuk daftar kerjaan. Dari situ saya belajar, bagaimana membuat surat lamaran pakai tulisan tangan, berkas apa saja yang harus dikumpulkan, kalau berhadapan dengan pewawancara bagaimana. Itu berguna banget. 

Di atas saya bilang, kalau nyari kerja harus pakai strategi. Yes. Saya belajar dari YouTube bang Ogut dan satu lagi lupa channelnya. Pokoknya selancar aja terkait HRD, melamar pekerjaan, membuat surat lamaran, CV, dsb. Di mbah Google semuanya ada, tinggal kita mau apa enggak nyari. Sebab nanya ke mbah Google lebih enak daripada nanya ke orang. Suka ada yang nggak mau ngasih informasi soalnya. Hehe

Setelah tidak diterima daftar jadi guru TPQ, saya terima nasib jadi mahasiswa aja. Tapi sempat juga kerja jadi analis media, walaupun cuma beberapa bulan. Makanya saya suka terharu dan bangga jika ada mahasiswa bisa kerja sambil kuliah. Karena energi untuk keduanya itu sangat luar biasa, capek.  Tapi kerja itu seneng, dapat duit sendiri kan. Dan itu yang biasanya membuat beberapa mahasiswa kuliahnya terbengkalai. Jadi walaupun temen-temen kerja, usahakan kuliahnya tetap diperioritaskan. 100% kerja, 100% kuliah. Itu berat, tapi banyak yang bisa melampaui. 

Kembali lagi ngomongin tentang strategi. Strategi keterima kerja itu berkaitan erat dengan portofolio yang kita buat. Portofolio tidak bisa kita karang ketika akan kerja, tapi dia rekam jejak ketika jauh sebelum kita membutuhkan kerja. Jadi, selama masih menjadi mahasiswa ikutlah kegiatan yang bisa membangun skill kita. Kalau di organisasi ya total, ikut kompetisi mahasiswa, berkarya, ikut kursus, seminar, workshop dan berbagai kegiatan lainnya. 

Sebetulnya pekerjaan itu banyak, tidak hanya yang ada di info loker. Kuncinya, cari peluang dan buat peluang. Buat instansi itu tidak punya pilihan untuk menolak kamu sebagai calon karyawan. Kalau menurutmu jadi karyawan itu nggak keren, lebih keren sebagai enterpreneur, dalami dengan baca tulisan para enterpreneur. Karena jadi enterpreneur itu kalo ibarat detak jantung, naik turunnya lebih hebat daripada karyawan. Jadi pilihan masing-masing aja. 

Daftar CPNS tapi sudah kerja di instansi swasta, harus gimana?

Setelah lulus S2, alhamdulillah keterima di Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di daerah saya. Saya sangat bersyukur dengan pekerjaan saya saat itu. Karena lama merantau membuat saya rindu tinggal dengan orang tua. Dan walaupun kelihatannya semudah itu, ternyata ada juga teman yang daftar di tempat yang sama tapi tidak dapat panggilan. Selain itu, di PTS daerah semangatnya adalah berjuang membesarkan instansi. Jadi tidak usah minder jika bekerja di PTS daerah.

Sudah mendapat pekerjaan tentu membuat saya berpikir ulang ketika orang tua menyarankan untuk mengikuti seleksi CPNS. Apalagi rahasia umum bahwa pendaftar CPNS pasti ribuan. Itu sudah membuat saya hopeless. Tapi atas nasihat banyak orang, saya ikuti proses itu. 

Berkas yang disiapkan amat sangat banyak, seleksinya panjang, otomatis jangka waktu pendaftaran, ujian hingga pengumuman yang diperlukan amat sangat panjang. Yes, begitulah pendaftaran CPNS. Walaupun tidak ada biaya mendaftar tapi biaya riwa riwi, foto copy, dan mengurusi ini itu juga banyak.

Tidak dipungkiri, ketika dibuka pendaftaran CPNS, instansi PTS itu terancam kehilangan dosen atau pegawainya. Karena belakangan saya tahu, ternyata di instansi saya sebelumnya juga banyak yang daftar CPNS. Maka tidak heran jika kemudian muncul kebijakan dari PTS, untuk ijazah asli harus dipegang instansi.

Pimpinan tempat kerja baru mengetahui jika saya sedang mengikuti seleksi CPNS, saat saya ditawari untuk mendaftar NIDK. Dan saat itu saya sudah lolos seleksi berkas. Adanya dua pilihan itu sempat membuat saya bimbang, karena CPNS peluangnya juga tidak diketahui. Apalagi sudah di depan mata ditawari sebagai dosen tetap. Setelah meminta nasihat, akhirnya saya tetap mengikuti kehendak orang tua untuk lanjut proses CPNS. Kaprodi serta pimpinan cukup bijaksana dengan mempersilakan saya mengambil peluang untuk daftar CPNS. Menangis tentu saja. Ada rasa bersalah karena sudah mengecewakan ekspektasi mereka kepada saya. Tapi juga lega akhirnya saya tidak kucing-kucingan lagi.   

Waktu pendaftaran hingga pengumuman cukup lama. Selama masa tunggu itu, saya menghabiskan satu semester dengan mengajar, terhitung empat bulan kerja secara full. Ini pertama kali, fresh graduate, bener-bener baru lulus saya langsung mengajar secara klasikal. (Terima kasih atas kesempatannya!) Bahkan dari gaji saya saat itu, walaupun mungkin tidak seberapa, saya bisa mengurusi semua hal untuk pendaftaran, perpanjang pajak motor, periksa ke SpKK kulit kaki ku. (Maap dijabarin, biar saya inget wkwk) Sangat bersukur ketika menerima amplop gajian. Terlebih saat itu kondisi ekonomi keluarga memang lumayan krisis. Berbarengan dengan adik kuliah dan ada juga simbah yang ngikut di rumah ortu.

Setelah pimpinan mengetahui saya sudah tidak bisa meneruskan, otomatis saya harus out. Saya rekomendasikan salah seorang teman seangkatan S2 untuk menggantikan posisi saya. Saya bener-bener pastikan dengan teman saya dahulu kalau dia memang akan bisa istiqomah. Alhamdulillah saat itu ada empat pendaftar dan teman saya bisa lolos dan cocok dengan kualifikasi pimpinan. (Sekarang di tahun 2020 sudah menjabat) Tepat akhir bulan setelah gajian saya diminta out, ketemu hanya sehari dengan teman saya, besoknya sudah pamitan. 

Beberapa kasus yang terjadi di tempat kerja saya, banyak yang resign tapi tidak pamitan. Tapi saya tetap membuat surat pengunduran diri, pamit dengan semua orang di kantor. Berharap semoga tetap terjalin silaturrahim dengan kantor lama, terlebih bisa kembali sebagai narasumber. Aamiin

Lanjut ke part II yaa