Kamis, 15 Desember 2011

ilmu pengetahuan dan teknologi dalam islam

ILMU PENGETAHUAN DAN  TEKNOLOGI DALAM ISLAM
-         Analisa Melalui Pendekatan Problem Solving -

I.                   PENDAHULUAN
      Kehadiran agama islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan bathin. Didalamnya terdapat berbagai petunjuk tentang bagaimana seharusnya manusia itu menyikapi hidup dan kehidupan ini secara lebih bermakna dalam arti yang seluas- luasnya.
Salah satu aspek yang diperhatikan oleh islam adalah ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pada dasarnya merupakan anugerah dari Allah. Banyak sekali ungkapan Al-Quran yang menyatakan bahwa ilmu itu datangnya dari Allah dan diajarkan kepada manusia.
Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan tersebut melahirkan teknologi yang cukup maju, namun kemajuan IPTEK tidak serta merta membawa  kenikmatan saja tetapi juga menimbulkan persoalan. 

II.                RUMUSAN MASALAH
A.    Apa, bagaimana teknologi dan kontribusinya dalam kehidupan manusia?
B.     Bagaimana konsep islam tentang IPTEK?

III.             PEMBAHASAN
A.    Konseptualisasi Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi (IPTEK)
         Arus pengaruh globalisasi yang sedang melanda kemanusiaan memancar seantero jagat terutama dari pusat yang kuat terhadap lingkaran yang lemah. Ilmu berkembang pesat di negara maju, namun seperti yang dikatakan Kuntowijoyo, hampir semua cabang ilmu pengetahauan yang berkembang di Barat muncul dari pendekatan non agama. Pendekatan inilah yang melahirkan sekularisme. Dampak dari itu semua tidak hanya dirasakan oleh masyarakat di barat saja, namun menjalar ke berbagai belahan bumi.
         Integrasi keilmuan agaknya perlu dipikirkan dan diusahakan untuk menata hubungan yang lebih baik. Ilmu-ilmu yang mampu mengangkat kualitas hidup manusia secara lahiriyah perlu diintegrasikan dengan ilmu-ilmu yang membawa kepada kesejahteraan batin.[1] Umat islam perlu memiliki ilmu pengetahuan yang dibangun dari dasar-dasar ajaran islam, yakni Al-Quran, yaitu ilmu yang didasarkan atas ajaran tauhid, yang melihat bahwa antara ilmu pengetahuan modern dengan ajaran islam harus bergandengan tangan.
         Ilmu pengetahuan adalah hasil teoresasi terhadap gejala-gejala alam dengan menggunakan metode dan pendekatan ilmiah. Sedangkan ajaran islam juga merupakan hasil ijtihad terhadap ayat-ayat Allah yang terdapat didalam Al-Quran, dan Al-Sunnah. Ayat-ayat Allah yang terdapat di jagat raya adalah berasal dari Allah. Demikian pula ajaran agama juga berdasar pada ayat-ayat Allah. Dengan demikian antara keduanya adalah ayat Allah.[2]
         Al-Quran banyak mengungkapkan bahwa ilmu datangnya dari Allah dan diajarkan kepada manusia. Ungkapan yang dimaksud antara lain, ‘allama al-insaana maa lam ya’lam (Allah mengajarkan manusia apa yang tidak ia ketahui), wa ‘allama aadama al-asmaa kullahaa (Allah mengajarkan kepada Nabi Adam sifat-sifat semua benda), dan wamaa utiitum min-ilmi illaa qalilaa (sedikit saja ilmu yang diberikan kepadamu (hai manusia)).[3]

B.     Dampak IPTEK Bagi Kehidupan Manusia
           Kemajuan ilmu agaknya tidak selalu diiringi dengan kesadaran akan nilai-nilai kemanusiaan yang tinggi. Masyarakat di negara maju-pun tidak luput dari persoalan yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu dan teknologi. Masyarakatnya cenderung matrealistis, individualistis, dan lebih longgar di dalam menerapkan nilai-nilai moral keagamaan. Ada benarnya ungkapan yang menyatakan bahwa “kendatipun ilmu dan teknologi mungkin menyumbang pada usaha perbaikan kualitas hidup manusia, namun bukan pula sumber kemapanan –apalagi kemutlakan berlakunya- sesuatu nilai.”[4]
Pada prinsipnya “modernisasi teknologi” dan akselerasi kemajuannya menjadi topik perlombaan, bahkan setiap individu maupun setiap bangsa beradu cepat dalam mengangkat modernisasi teknologi menjadi sebuah kultur global. Idealisme ini memang representatif dan sehat, sebab kemajuan teknologi pasti mampu membantu umat manusia untuk tidak mempersulit kepentingan-kepentingannya baik berupa sarana komunikasi, alat-alat kerja, bahkan hampir segala aspek kehidupan manusia dapat ditangani secara mekanik. Kebanyakan di negara-negara yang sedang membangun kedua asek modernisasi ini merambat secara berdampingan dan harmonis. Akan tetapi dalam ritme perjalanan waktu, keharmonisan tadi mulai membias dan bergeser karena adanya kemelut nilai-nilai multi komplikasi baik politik, ekonomi, sosial budaya, dan moral.[5] 
Indonesia jelas merupakan bagian dari dunia yang kini tengah bernafas pada era IPTEK yang canggih. Dunia, khususnya dunia barat yang non-islami itu terus berupaya melebarkan sayap pengaruhnya ke dunia ketiga, termasuk Indonesia untuk suatu tujuan yang hanya mereka sendiri yang mengerti. [6]
Ketika terjadi modernisasi teknologi, pembaharuan mentalitas melaju begitu cepat dan sungguh dominan, namun terkadang yang terjadi justru modernisasi teknologi yang melaju terlalu cepat akan memperbudak mental suatu bangsa. Dalam analisis dan pemikiran normal tampak ketidakrelevanan, akan tetapi justru yang terjadi manusia menjadikan peradaban teknologi sebagai satu-satunya tujuan hidup. Padahal sesungguhnya kemajuan teknologi sepantasnya hanya dijadiakan sekedar alat untuk menaggapi desakan-desakan alam yang telah menjadi ajang hidup sehari-hari. Desakan-desakan alam mempunyai dampak tersendiri dalam teori derap kehidupan umat manusia secara global.
Penghayatan, pemahaman, dan penilaian manusia tentang waktu sekalipun, jelas merupakan akibat langsung atau paling tidak merupakan sebagian akibat samping yang ditimbulkan oleh peradaban teknologi modern dan irama akselerasinya. Bahkan akibat tersebut justru lebih parah. Peradaban teknologi modern pada saatnya akan mampu menggeser pola, tata cara, model dan irama hidup manusia.[7]

C.    Prespektif Islam Terhadap Perkembangan IPTEK
         Ilmu berkembang terus-menerus. Dan sesungguhnya Al-Quran memberi dorongan untuk mengembangkan ilmu-ilmu yang bersumber pada wahyu Allah dan ilmu-ilmu yang berdasarkan penalaran. Perpaduan antara kedua macam ilmun itulah yang akan membawa kepada kemajuan umat manusia dalam arti yang sesungguhnya.[8]
         Peranan umat islam dalam pengembangan peradaban dunia sungguh sangatlah penting. Sekurang-kurangnya ada tiga alasan utama.
         Pertama, untuk menjadi katalisator tumbuhnya keseimbangan yang lebih baik antara orientasi dunia dengan orientasi akhirat dalam peradaban baru abad XXI. Peranan ini pada taraf pertama bersifat menambah dan memperkaya kondisi eksistensi peradaban ilmu pengetahuan dan teknologi, pada taraf berikutnya   ilmu pengetahuan dan teknologi akan memberi kontribusi bagi perubahan yang lebih substansif.
         Kedua, umat islam yang jumlahnya 1,3 milyar (1/3 lebih dari umat manusia), memerlukan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam berbagai pemaknaanya, baik secara ekonomi maupun politik. Namun lebih dari itu, orientasi kemajuan ini menjadi prasyarat utama bagi umat islam untuk mempertahankan dan mengembangkan eksistensinya di atas dunia yang semakin interaktif ini.
         Ketiga, tidak kalah pentingnya dari dua poin tersebut, jika tidak malah menjadi obsesi secara luas tumbuh kesadaran tentang pranata kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan. Sebagaimana dimaklumi, peradaban adalah elemen politik yang terpenting setelah suatu bangsa memerdekakan diri dari berbagai belenggu kolonialisme dan imperialisme. Membangun peradaban baru adalah sebuah keharusan sebagai seorang muslim yang bertanggung jawab terhadap masa depan peradaban umat manusia. Al-Quran menyentuh kita dengan sindirannya :
Ÿxsù zNystFø%$# spt7s)yèø9$# ÇÊÊÈ !$tBur y71u÷Šr& $tB èpt7s)yèø9$# ÇÊËÈ 7sù >pt6s%u ÇÊÌÈ ÷rr& ÒO»yèôÛÎ) Îû 5Qöqtƒ ÏŒ 7pt7tóó¡tB ÇÊÍÈ $VJŠÏKtƒ #sŒ >pt/tø)tB ÇÊÎÈ ÷rr& $YZŠÅ3ó¡ÏB #sŒ 7pt/uŽøItB ÇÊÏÈ  
Artinya : Tetapi dia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar. Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan, Atau memberi makan pada hari kelaparan, (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, Atau kepada orang miskin yang sangat fakir.(Al-Balad / 90 : 11-16)
         Banyak kalangan menyebut surat Al-Balad tersebut sebagai ayat solidaritas social, etos keprihatianan dan kesetiakawanan antar sesama tanpa mengurangi kedaulatan masing-masingnya. Karena itu, maka substansi perjuangan adalah development politic (politik pembangunan), yang didalamnya mengupayakan cara-cara baru untuk mempercepat (axetaration) reformasi social-ekonomi dan budaya ke arah yang fungsional, sesuai dengan perkembangan lingkungan dan tantangan zamannya. Oleh karena itu ada tiga hal yang perlu dicermati.
         Pertama, kita memerlukan karakter sistem dan karakter kepemimpinan yang dewasa, yang mendahulukan sikap sabar dan hikmah serta mendahulukan kemaslahatan umum. Suatu kualitas yang berorientasi prinsip taktis dan strategis. Prinsip ini akan mendatangkan kebenaran (maruf), bukan mendatangkan sikap munkar dalam mendatangkan kebenaran.
         Kedua, kita perlu bersikap proaktif dalam perjuangan memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ia adalah ujung dari peradaban manusia, dan dari padanyalah arah peradaban akan lebih ditentukan. Dimasa lalu, harkat kemanusiaan telah berjalan dengan dimensinya yang ekslusif. Tantangan ke depan adalah mengembalikan agama dalam pembangunan harkat kemanusiaan dasar ini, menuju pada pembangunansosok manusia dan potensi kreatif manusia secara dewasa. Dalam kerangka ini, maka pembangunan adalah awal dan akhir dari proses pemanusiaan manusia, atau pembangunan seutuhnya.
         Ketiga, kita perlu tahu banyak dan lebih bersungguh-sungguh dalam menghayati tanggung jawab mondial atau prinsip kemanusiaan bersama: satu dunia untuk semua.Sehingga tercipta era baru, dunia yang bergerak serempak menuju tatanan yang saling menghormati dan melindungi, saling membantu dan mendukung, guna terbentuknya komunitas internasional yang beradab.  [9] 

D.    Problem Solving
Kaum muslimin sekarang ini harus berpegang teguh pada gagasan untuk membuat islam sebagai daya dorong utama bagi pengembangan ilmiah dan teknologi mereka. Orang dapat terilhami untuk memperlajari dan menguasai sains dan teknologi karena berbagai alasan , antara lain agama, ideologis, ekonomi, dan politis. Dan motif yang paling baik dan paling bertahan lama adalah motif religius. Gagasan religius mencakup alasan-alasan spiritual, etika, dan filosofis.
Kunci ke arah masa depan yang lebih baik adalah pendidikan. Pendidikan merupakan bentuk investasi jangka investasi yang paling baik. Tujuan utama pendidikan ini adalah untuk memampukan budaya pengetahuan berakar kuat di masyarakat muslim kontemporer. Jika pondasi filsafat dan sosial budaya pengetahuan ini telah berdiri teguh, tugas mencapai kemajuan di bidang sains dan teknologi menjadi lebih mudah. Dengan prestasi-prestasi itu, kita inginkan kaum muslimin benar-benar menciptakan dan menemukan sains dan teknologi baru, bukan hanya sekedar memilikinya dan membeli dari orang lain.[10]
Karena salah satu bentuk perkembangan IPTEK adalah media massa. Maka penerapan etika komunikasi massa dirasa penting. Karena komunikasi massa dalam prosesnya melibatkan banyak individu, sementara individu-individu tersebut mempunyai kepentingan yang berbeda-beda. Kepentingan yang berbeda itu akan bertarung dalam proses komunikasi massa. Tanpa adanya etika, pertarungan itu akan menjadi pertarungan yang menang sendiri.[11]  Ada beberapa poin penting etika komunikasi massa yang pernah dikemukakan Shoemaker dan Resse (1991) yakni : “(1) tanggung jawab, (2) kebebasan pers, (3) masalah etis, (4) ketepatan dan objektivitas, dan (5) tindakan adil untuk semua orang.[12]





















IV.             KESIMPULAN
         Ketika terjadi modernisasi teknologi, pembaharuan mentalitas melaju begitu cepat dan sungguh dominan, namun terkadang yang terjadi justru modernisasi teknologi yang melaju terlalu cepat akan memperbudak mental suatu bangsa. Padahal sesungguhnya kemajuan teknologi sepantasnya hanya dijadiakan sekedar alat untuk menaggapi desakan-desakan alam yang telah menjadi ajang hidup sehari-hari.
               Integrasi keilmuan adalah sesuatu yang perlu dipikirkan dan diusahakan untuk menata hubungan yang lebih baik. Ilmu-ilmu yang mampu mengangkat kualitas hidup manusia secara lahiriyah perlu diintegrasikan dengan ilmu-ilmu yang membawa kepada kesejahteraan batin.

V.                PENUTUP
Demikian makalah ini kami sajikan dengan keterbatasan pengetahuan yang kami miliki. Kritik yang konstruktif sangat kami harapkan. Semoga bermanfaat bagi pembaca umumnya dan pemakalah khususnya.











DAFTAR PUSTAKA

Abdul Fatah, Rohadi dan  Sudarsono. 2005. Ilmu Dan Teknologi Dalam Islam. Jakarta : Departemen Agama RI.
Agil Said, Husain Al Munawar. 2005. Al-Quran Membangun Kesalehan Hakiki. Jakarta : Ciputat press.
Amsyari, Fuad. 1995. Islam Kaffah Tantangan Sosial Dan Aplikasinya Di Indonesia. Jakarta : Gema insani.
 Bakar, Osman. 1994. Tauhid & sains. Bandung : pustaka hidayah.
Nata, Abuddin. 2008. Metodologi Studi Islam. Jakarta : PT Raja Grafindo Pustaka.
Nurudin. 2003. komunikasi massa.  Yogyakarta: pustaka pelajar.


[1]Said Agil Husain Al Munawar, Al-Quran Membangun Kesalehan Hakiki, (Jakarta : ciputat press, 2005), H.357-358.
[2]Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam , (Jakarta : PT Raja Grafindo Pustaka, 2008), H. 409 -410.
[3]Op. cit., H. 357.
[4]Said agil,………. Op. cit., H. 356-357.
[5]Rohadi Abdul Fatah dan  Sudarsono , Ilmu Dan Teknologi Dalam Islam, (Jakarta : Departemen Agama RI, 2005), Hlm. 112.
[6]Fuad Amsyari, Islam Kaffah Tantangan Sosial Dan Aplikasinya Di Indonesia, ( Jakarta : Gema insani, 1995), Hlm. 167 .
[7]Rohadi Abdul Fatah………, Op. Cit., Hlm. 113
[8] Said Agil Husain Al munawar, …….. op. cit., H. 360
[9]Ibid., h. 401-404.
[10]Osman Bakar, Tauhid & sains, (Bandung : pustaka hidayah, 1994), Hlm.251-254
[11]Nurudin, komunikasi massa,  (Yogyakarta: pustaka pelajar, 2003), H. 237.
[12]Ibid., H.  239.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar