Kisah Mahasiswa Abadi
Penulis : Alitt Susanto
Tebal : viii+296 hlm
Tahun terbit : 2012
Penerbit : Bukune
ISBN : 602-220-031-8
Resensator : Farida Rachmawati
Skripsi merupakan kewajiban yang harus dipenuhi mahasiswa S1 jika mereka ingin menjadi sarjana. Beberapa mahasiswa bahkan menjatuhkan pilihannya untuk meloloskan diri tanpa ijazah. Artinya mereka memilih untuk DO karena mereka sudah melampaui semester 14.
Seringkali mahasiswa tingkat akhir mempunyai alasan mengapa mereka tidak segera meluluskan diri. Seperti yang ditulis Alitt, tidak lulus dulu juga sudah jadi pilihan gue. For your information, gue paling takut dengan gelar “pengangguran.” Dimata gue, gelar “mahasiswa” itu lebih enak didengar daripada gelar “sarjana penganggguran.” Dan pepatah dari negeri seberang ini selalu terngiang di telinga gue : “wisuda adalah pengangguran yang tertunda”. (Halaman 5)
Alasan yang lebih logis juga dikemukakan Alitt, sebenarnya kuliah yang tak kunjung selesai ini juga beralasan... puluhan semester ini gue jalani karena sedang diperkosa oleh keadaan. Masalah paling besar yang menghambat gue buat cepat lulus adalah masalah finansial. Sudah bukan rahasia lagi kalau pendidikan di negeri kita tercinta memang mahal. Beda sama beberapa Negara maju lainnya yang menyiapkan beasiswa atau bahkan sekolah gratis bagi generasi mudanya. Gue kudu kerja demi bayar kuliah serta nyari makan sendiri. Itulah kenapa, sebagian waktu kuliah gue terpaksa dikorbankan buat kerja. Ending- nya, gue gak lulus mata kuliah tertentu dan terpaksa ngulang lagi semester depannya… lagi, dan lagi. (Halaman 4-5)
Tetapi Alitt berkeyakinan bahwa “you have to finish, what you’ve started.” Karena kuliah merupakan pilihan yang dulu mati-matian ia perjuangkan. Skripsi, buat mahasiswa tingat akhir merupkan terror yang bakal menghantui pikiran mereka. Alitt yang mahasiswa mapala (mahasiswa paling lama), mengerjakan skripsi selama dua semester. Tetapi di tengah perjalanan ia terkena musibah. Dari penggantian pembimbing, file skripsi yang hilang dan sebagainya.
Buku ini bergenre novel. Penulis menggunakan bahasa yang ringan, humoris dan setting yang dekat dengan mahasiswa. Dijamin anda yang membacanya akan tertawa cekikikan. Tetapi cekikikan hanya kesan awal, pada akhirnya pembaca digiring untuk merasakan a miracle.
Calon pembaca bisa jadi beranggapan ini novel humor yang anti skripsi serta membela kaum mahasiswa abadi. Serta bisa saja mempersepsi mahasiswa untuk lama-lama kuliah. Namun, seperti yang disebutkan diatas, setelah memasuki episode kedua, kisahpun berubah. Dengan piawainya, Alitt menuliskan kalimat-kalimat ajaibnya yang bisa saja membuat mahasiswa akhir merenungi kisah hidupnya. Dan segera menyelesaikan masa kuliahnya.(*)
![]() |
resensi skripshit di buletin progress, juni 2013 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar