Judul : Rantau 1
Muara
Penulis : A. Fuadi
Terbit : Cetakan
pertama Mei 2013
Tebal : 407 Halaman
Penerbit : Kompas
Gramedia
ISBN :
978-979-22-9473-6
Resensator : Farida
Rachmawati
Merupakan penutup dari trilogi Negeri 5 Menara. Novel ini tentu
saja sangat ditunggu oleh pembaca, terutama mereka yang ingin tahu kelanjutan
kisah Alif. Masih tentang semangat menggapai impian, mengarungi hidup dan
menemukan muara. Novel Rantau 1 Muara (R1M) ini ditulis dengan bahasa yang
apik, penuh hikmah, namun tidak menggurui.
Setelah dua ‘mantra’
man jadda wajada siapa bersungguh-sungguh berhasil, man shabara zhafira siapa yang bersabar akan
beruntung. Dalam R1M penulis juga masih menggunakan pepatah Arab, yaitu man
saara ala darbi washala siapa yang berjalan dijalannya akan sampai ke
tujuan. Bahwa hidup hakikatnya adalah
perantauan. Suatu masa akan kembali ke akar, ke yang awal, muara segala muara.
Kebanggaan yang Dikalahkan Oleh Ujian
Alif telah kembali
dari Kanada. Kesulitan dan kemudahan datang silih berganti. Ia kesulitan
menbayar kuliah, namun dapat tertutupi dengan gaji menulis artikel dari media
massa. Setelah wisuda dari jurusan Hubungan Internasional di Universitas Padjajaran,
bahkan ia terpilih sebagai visiting student ke National University Singapura. Ia merasa melambung
diatas angin. Bahkan teman-temannya yang setelah lulus kuiah jadi job
seeker, ia tak perlu buru-buru melakukan hal itu. Karena ia merasa gaji
sebagai penulis di media massa sudah mencukupi untuk membiayai hidupnya, dan
memberi kiriman ke Amak serta adik-adiknya.
Tapi kebanggaan itu tak
berlangsung lama. Krisis ekonomi menyebabkan Indonesia kolaps.
Perusahaan-perusahaan gulung tikar, yang berimbas pada PHK. Alif sebagai
mahasiswa cemerlang seharusnya sudah menjadi karyawan di perusahaan besar.
Namun surat lamaran yang ia kirimkan ke berbagai perusahaan mendapatkan respons
yang kurang baik alias ditolak. Tapi sungguh tangan Tuhan menyertai orang-orang
yang berusaha. Derap, sebuah majalah berita prestisisus yang
pernah mati, menerima Alif sebagai reporter. Jalan ini seperti yang dahulu ia
lakukan semasa di pesantren ataupun saat kuliah. Alifpun merantau ke Jakarta.
(hlm. 38)
Benih Cinta di Jurnalistik
Siapa yang
menyangka, kecintaan Alif pada dunia jurnalistik juga mempertemukannya dengan partner
hidupnya. Love at the first sight sungguh hal yang tak ia fikirkan. Ia
menemukan tambatan hatinya di Derap. Adalah Dinara,reporter baru, gadis metropolitan lulusan UI yang membuatnya
susah makan, tersenyum sendiri, dan menjadi kepo. Alif memang pernah bertemu
dengan Dinara sebelumnya. Dinara adalah sahabat Raisa. Raisa yang tidak jadi ia
dapatkan, yang ia anggap sebagai kekalahan. Namun ia sekarang mendapatkan
kemenangan besar dengan memiliki Dinara. (hlm. 371)
Tetapi tunggu dulu.
Proses ijab sah-nya Alif dan Dinara tentu saja sangatlah panjang. Bumbu-bumbu
merah muda inilah yang membuat novel ini menjadi lebih berwarna dan menarik. Bahkan
kisah cinta mereka menyebrang hingga daratan Amerika.
Diterima di George
Washington University mengharuskan Alif untuk meninggalkan Derap. Hal
tersebut tentu saja menjadi kabar gembira yang tak menggembirakan.
Menggembirakan bagi Alif, tidak bagi Dinara. Bagaimana tidak? Pergi ke Amerika
adalah impian Alif. Perjuangan mendapat beasiswa Fulbright yang dibantu oleh
Dinara akhirnya berhasil. Tapi hal tersebut membuat gelisah Dinara. Tentu saja
karena benih cinta yang sudah tumbuh. Hanya kata selamat singkat yang Dinara
berikan kepada Alif. Dinara juga berhari-hari mengacuhkan Alif. Alif yang tidak
paham tanda-tanda perempuan dibuat gila dengan sikap Dinara. Tetapi anehnya
saat perpisahan di bandara Dinara malah memberikan tulisan ‘call me’.
Melalui chatting, hubungan
itu semakin bersemi meski jarak memisahkan mereka. Dan tentu saja disertai
dengan krikil-krikil yang sesekali menghalang. Dari menaklukkan calon mertua,
yakni Sutan Rangkayo Basa. Hingga kebimbangan Dinara yang akan menikah namun
diterima magister di Inggris, negara impiannya.
Dan petualangan
Alif-Dinara masih panjang sehingga pembaca harus membaca hingga akhir cerita.
Karena cerita berlanjut dalam kehidupan rumah tangga Alif-Dinara yang sesekali
juga mengalami pasang surut. Kehidupan Amerika memberikan kemapanan yang luar
biasa kepada mereka. Namun, segala hal akan kembali ke asal. Mereka memutuskan
untuk kembali ke Indonesia.
Seperti yang Fuadi tuliskan dalam kata pengantarnya, cerita novel ini terinspirasi dari pengalaman hidupnya. Dengan tanpa meninggalkan kefiksian sebuah novel. Fuadi yang pernah menjadi wartawan Tempo dan VOA, sangat jelas sekali menggambarkannya dalam cerita kehidupan Alif Fikri di Derap dan ABN. R1M mengambil latar belakang peristiwa reformasi dan serangan menara kembar WTC. Setting tempatnya banyak diambil dari Bandung, Jakarta, Washington DC, dan New York.
Seperti yang Fuadi tuliskan dalam kata pengantarnya, cerita novel ini terinspirasi dari pengalaman hidupnya. Dengan tanpa meninggalkan kefiksian sebuah novel. Fuadi yang pernah menjadi wartawan Tempo dan VOA, sangat jelas sekali menggambarkannya dalam cerita kehidupan Alif Fikri di Derap dan ABN. R1M mengambil latar belakang peristiwa reformasi dan serangan menara kembar WTC. Setting tempatnya banyak diambil dari Bandung, Jakarta, Washington DC, dan New York.
Novel ini menggambarkan tiga pencarian besar :
pencarian passion, pencarian tambatan hati dan pencarian arti hidup. Membaca
novel ini bisa menjadikan emosional dan terhanyut dengan jalan cerita. Menimbulkan
gairah hidup, yakin pada mimpi-mimpi dan akhirnya menjadi hamba yang menghamba.
Tetapi sayangnya sedikit dikisahkan tentang Amaknya dan keberadaan buah hati. Selain itu buku ini juga tak lepas dari kesalahan. Yakni pada penulisan "Innamaal yusri yusra" (hlm. 45), yang sebenarnya dalam surat Al-Ashr : "Innamaal ushri yusra."
Secara keseluruhan novel ini bagus sangat inspiratif dan yang layak baca.Selamat membaca. (*)
Tetapi sayangnya sedikit dikisahkan tentang Amaknya dan keberadaan buah hati. Selain itu buku ini juga tak lepas dari kesalahan. Yakni pada penulisan "Innamaal yusri yusra" (hlm. 45), yang sebenarnya dalam surat Al-Ashr : "Innamaal ushri yusra."
Secara keseluruhan novel ini bagus sangat inspiratif dan yang layak baca.Selamat membaca. (*)
Resensi R1M muat di Majalah Missi edisi 36 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar