Selasa, 07 Januari 2014

Muara Pada Akhirnya



Judul : Rantau 1 Muara
Penulis : A. Fuadi
Terbit : Cetakan pertama Mei 2013
Tebal : 407 Halaman
Penerbit : Kompas Gramedia
ISBN : 978-979-22-9473-6
Resensator : Farida Rachmawati


Merupakan penutup dari trilogi Negeri 5 Menara. Novel ini tentu saja sangat ditunggu oleh pembaca, terutama mereka yang ingin tahu kelanjutan kisah Alif. Masih tentang semangat menggapai impian, mengarungi hidup dan menemukan muara. Novel Rantau 1 Muara (R1M) ini ditulis dengan bahasa yang apik, penuh hikmah, namun tidak menggurui.
Setelah dua ‘mantra’ man jadda wajada siapa bersungguh-sungguh berhasil, man  shabara zhafira siapa yang bersabar akan beruntung. Dalam R1M penulis juga masih menggunakan pepatah Arab, yaitu man saara ala darbi washala siapa yang berjalan dijalannya akan sampai ke tujuan.  Bahwa hidup hakikatnya adalah perantauan. Suatu masa akan kembali ke akar, ke yang awal, muara segala muara.


Kebanggaan yang Dikalahkan Oleh Ujian
Alif telah kembali dari Kanada. Kesulitan dan kemudahan datang silih berganti. Ia kesulitan menbayar kuliah, namun dapat tertutupi dengan gaji menulis artikel dari media massa. Setelah wisuda dari jurusan Hubungan Internasional di Universitas Padjajaran, bahkan ia terpilih sebagai visiting student ke National  University Singapura. Ia merasa melambung diatas angin. Bahkan teman-temannya yang setelah lulus kuiah jadi job seeker, ia tak perlu buru-buru melakukan hal itu. Karena ia merasa gaji sebagai penulis di media massa sudah mencukupi untuk membiayai hidupnya, dan memberi kiriman ke Amak serta adik-adiknya.
                Tapi kebanggaan itu tak berlangsung lama. Krisis ekonomi menyebabkan Indonesia kolaps. Perusahaan-perusahaan gulung tikar, yang berimbas pada PHK. Alif sebagai mahasiswa cemerlang seharusnya sudah menjadi karyawan di perusahaan besar. Namun surat lamaran yang ia kirimkan ke berbagai perusahaan mendapatkan respons yang kurang baik alias ditolak. Tapi sungguh tangan Tuhan menyertai orang-orang yang berusaha. Derap, sebuah majalah berita prestisisus yang pernah mati, menerima Alif sebagai reporter. Jalan ini seperti yang dahulu ia lakukan semasa di pesantren ataupun saat kuliah. Alifpun merantau ke Jakarta. (hlm. 38)
Benih Cinta di Jurnalistik
Siapa yang menyangka, kecintaan Alif pada dunia jurnalistik juga mempertemukannya dengan partner hidupnya. Love at the first sight sungguh hal yang tak ia fikirkan. Ia menemukan tambatan hatinya di Derap. Adalah Dinara,reporter baru,  gadis metropolitan lulusan UI yang membuatnya susah makan, tersenyum sendiri, dan menjadi kepo. Alif memang pernah bertemu dengan Dinara sebelumnya. Dinara adalah sahabat Raisa. Raisa yang tidak jadi ia dapatkan, yang ia anggap sebagai kekalahan. Namun ia sekarang mendapatkan kemenangan besar dengan memiliki Dinara. (hlm. 371)
Tetapi tunggu dulu. Proses ijab sah-nya Alif dan Dinara tentu saja sangatlah panjang. Bumbu-bumbu merah muda inilah yang membuat novel ini menjadi lebih berwarna dan menarik. Bahkan kisah cinta mereka menyebrang hingga daratan Amerika.
Diterima di George Washington University mengharuskan Alif untuk meninggalkan Derap. Hal tersebut tentu saja menjadi kabar gembira yang tak menggembirakan. Menggembirakan bagi Alif, tidak bagi Dinara. Bagaimana tidak? Pergi ke Amerika adalah impian Alif. Perjuangan mendapat beasiswa Fulbright yang dibantu oleh Dinara akhirnya berhasil. Tapi hal tersebut membuat gelisah Dinara. Tentu saja karena benih cinta yang sudah tumbuh. Hanya kata selamat singkat yang Dinara berikan kepada Alif. Dinara juga berhari-hari mengacuhkan Alif. Alif yang tidak paham tanda-tanda perempuan dibuat gila dengan sikap Dinara. Tetapi anehnya saat perpisahan di bandara Dinara malah memberikan tulisan ‘call me’.
Melalui chatting, hubungan itu semakin bersemi meski jarak memisahkan mereka. Dan tentu saja disertai dengan krikil-krikil yang sesekali menghalang. Dari menaklukkan calon mertua, yakni Sutan Rangkayo Basa. Hingga kebimbangan Dinara yang akan menikah namun diterima magister di Inggris, negara impiannya.
Dan petualangan Alif-Dinara masih panjang sehingga pembaca harus membaca hingga akhir cerita. Karena cerita berlanjut dalam kehidupan rumah tangga Alif-Dinara yang sesekali juga mengalami pasang surut. Kehidupan Amerika memberikan kemapanan yang luar biasa kepada mereka. Namun, segala hal akan kembali ke asal. Mereka memutuskan untuk kembali ke Indonesia.
Seperti yang Fuadi tuliskan dalam kata pengantarnya, cerita novel ini terinspirasi dari pengalaman hidupnya. Dengan tanpa meninggalkan kefiksian sebuah novel. Fuadi yang pernah menjadi wartawan Tempo dan VOA, sangat jelas sekali menggambarkannya dalam cerita kehidupan Alif Fikri di Derap dan ABN. R1M mengambil latar belakang peristiwa reformasi dan serangan menara kembar WTC. Setting tempatnya banyak diambil dari Bandung, Jakarta, Washington DC, dan New York. 
 Novel ini menggambarkan tiga pencarian besar : pencarian passion, pencarian tambatan hati dan pencarian arti hidup. Membaca novel ini bisa menjadikan emosional dan terhanyut dengan jalan cerita. Menimbulkan gairah hidup, yakin pada mimpi-mimpi dan akhirnya menjadi hamba yang menghamba.  
Tetapi sayangnya sedikit dikisahkan tentang Amaknya dan keberadaan buah hati. Selain itu buku ini juga tak lepas dari kesalahan. Yakni pada penulisan "Innamaal yusri yusra" (hlm. 45), yang sebenarnya dalam surat Al-Ashr : "Innamaal ushri yusra."
 Secara keseluruhan novel ini bagus sangat inspiratif dan yang layak baca.Selamat membaca. (*)
Resensi R1M muat di Majalah Missi edisi 36


Tidak ada komentar:

Posting Komentar