Rabu, 07 Desember 2022

Enjoy Naik Transportasi Umum di Semarang


Tiket BRT 2022 (Dok. Farida)


Sudah tiga hari, sejak hari Selasa (6 Desember 2022), saya kembali memanfaatkan transportasi umum, Bus Rapid Trans (BRT) untuk ke kantor. I really enjoy!

Buatku ini bukan pengalaman pertama naik BRT, sejak BRT mulai di tersedia di jalur IV (baca: wilayah Ngaliyan), saya sudah memanfaatkannya. Saya ingat, kala itu BRT selalu ramai, dan yang agak menjengkelkan ketika menunggu lama dan dioper karena penuh.

Sebagai warga pendatang yang tinggal di Boja, Kabupaten Kendal, kami tidak punya fasilitas BRT. Jadi kami harus ke terminal Cangkiran yang merupakan wilayah Semarang, untuk naik bus ini. Dari rumah jarak tempuhnya 7,4 KM, sekitar 20 menit kalau tidak ngebut.

Sebelumnya, jika berangkat ke kantor saya menggunakan motor, bareng/diantar suami. Tapi karena ada perbaikan jalan, mengharuskan kita menempuh jalan yang agak memutar, sehingga lebih jauh.

Kepikiran untuk nyoba naik bus, awalnya mau naik bus kecil yang ada di Boja, murah juga, hanya Rp 5.000 bisa sampai Ngaliyan. Tapi bus ini jalannya agak lamban sambil nyari penumpang, jadi saya urung memakai bus ini.

Eh ketemu tetangga saat beli sayur, dia cerita dari rumah naik motor terus dititipkan di terminal Cangkiran, lalu naik BRT. Makin mantep dong nyoba BRT. Toh sudah tidak ada jadwal mengajar, jadi ngga terburu-buru. 

Hitung-hitung latihan nanti kalau tinggal di luar negeri biar terbiasa naik public transportation. :D

Harga tiket sekali jalan dulu ada dua kategori, umum Rp 3.500 dan pelajar Rp 1.000. Sekarang ada beberapa kategori, umum cash Rp 4.000, umum e-wallet Rp 3.500, pelajar, mahasiswa dan anak-anak Rp 1.000.  Walaupun ada kenaikan Rp 500 masih tetep murah. 

First impression naik BRT itu, lho kok cepet sampai, sekitar 35 menit dari Cangkiran ke Ngaliyan. Mana ngga kena angin, bisa disambi baca-baca. 

Sebagai pengguna, saya merasa cukup secure karena BRT ini terpisah antara perempuan dan laki-laki. 

Selain itu, naik dari Cangkiran akan langsung dapat bus, karena terminal Cangkiran keberangkatan pertama koridor IV, jadi masih lega dan langsung dapat. 

Jaminan lain, kalau naik BRT berhentinya lebih terukur, karena ada halte. Jadi bisa banget kalau orang kantoran naik ini. 

Suami juga kaget, lho kok cepet juga. Ditanya, baliknya mau dijemput apa ngga, ya kubilang akan nyoba lagi naik BRT. :D 

Meskipun awalnya ovt (alias overthinking) kalau jam balik kantor jadi sesek gimana? kalau lama gimana? hahaha ya kegelisahan wajar bagi pengguna baru.

Sebenarnya turun dari bus juga ada overthinkingnya. Duh gimana ini naik gunung kampus 3. :D 

Tapi termotivasi dengan Bu Retno yang giat olahraga, jadi sekalian saya niat untuk olahraga. 

Aslinya di kampus ada mobil golf di depan gerbang, tapi sejak hari Selasa itu belum pernah lihat. Ada tu mobil golf tapi pas udah nyampai FSH, ya nanggung lah. Mana penuh mahasiswa, sampai ada yang nggandul. :D 

Jalan kaki? kasihan...

Dikasihani karena jalan kaki. Mungkin itu yang pernah dirasakan para pejalan kaki lain. Seperti Irfan Habibi ini di blognya Kala Digempur Banyak Orang Memiliki Kendaraaan Bermotor (catatanberkarya.blogspot.com)

Saya juga merasakannya. :D

Kostum dosen kok jalan kaki. Ngga keren kamu Bu. :D 

Ya ini cuma dialog imajiner. Tapi dipaksa buat naik motor ya ada aja. Tapi dengan mantep saya memang memilih naik BRT untuk sekarang ini.

So far, I really enjoy with this. 

Bisa merenungkan dan mensyukuri hal-hal yang mungkin tidak terpikirkan sebelumnya. Bisa berdialog dengan diriku sendiri. 

Ya bukan sok paling We Green atau ingin mengurangi emisi udara. Tapi kegiatan naik public transportation ini buat pemenuhan diriku sendiri aja. Happiness and fulfilments.



Sabtu, 05 September 2020

Berbagi Cerita: Lolos CAT dan Keterima CPNS! (Part 1)

FDK UIN Walisongo (Sumber: Company profile KPI UIN Walisongo Semarang)


Sejujurnya, tidak pernah saya bercita-cita secara langsung jadi PNS. Hanya sederhana saja cita-citanya, mengajar, menjadi pemateri, menulis, dan workholiday alias jalan-jalan. Sederhana tapi kok panjang bener hehe.

Tapi setelah saya telusuri, ternyata saya pernah mbatin, kalau di keluarga besar saya itu ketika lebaran kebanyakan nggak ada yang riweh segera mudik ke kota. Nggak ada yang jadi pegawai negeri atau BUMN gitu. Ternyata kok Allah memberikan amanah ini pada saya.

Dorongan mendaftar CPNS ini pertamanya dari kaprodi S2, temen-temen seangkatan di S2, dikuatkan oleh orang tua. Jadi kami ya ngurusnya memang bareng-bareng. 

Kebetulan setelah kami lulus, pemerintah membuka penerimaan CPNS 2018. Dan kebetulan lagi, PTKIN banyak membuka lowongan untuk dosen dan jurusannya sesuai. Maha Besar Allah atas segala skenarioNya. Agustus selesai ujian tesis, September 2018 kami wisuda. Setelah wisuda, saya mudik dan langsung kerja di PTS di dekat rumah. Lalu ikut CPNS dan keterima. Kali ini saya ingin membagi proses nyari kerja dengan agak panjang. Kalau temen-temen ingin dengar ceritanya, mari kita teruskan. hehe

Setelah lulus bingung nyari kerjaan, harus ngapain?

Mungkin bagi sebagian orang ada yang cepat habis legalisirnya, untuk daftar lamaran kerja ke sana kemari. Mungkin kalian capek, mungkin putus asa, tapi jangan menyerah. Siapa tahu jika banyak berkas yang kamu sebar ketolak, tapi berkas terakhir di terima. Jadi tidak apa, lanjutkan usahamu tapi dengan strategi. 

Jujur, saya lulusan pesantren, saat jadi mahasiswa magister saya pernah daftar jadi guru TPQ, tapi ketolak gais, ya malu ya lucu. Dan itu adalah wawancara pertama saya dalam mencari pekerjaan dengan prosedur resmi. Juga  pemberkasan pertama saya untuk daftar kerjaan. Dari situ saya belajar, bagaimana membuat surat lamaran pakai tulisan tangan, berkas apa saja yang harus dikumpulkan, kalau berhadapan dengan pewawancara bagaimana. Itu berguna banget. 

Di atas saya bilang, kalau nyari kerja harus pakai strategi. Yes. Saya belajar dari YouTube bang Ogut dan satu lagi lupa channelnya. Pokoknya selancar aja terkait HRD, melamar pekerjaan, membuat surat lamaran, CV, dsb. Di mbah Google semuanya ada, tinggal kita mau apa enggak nyari. Sebab nanya ke mbah Google lebih enak daripada nanya ke orang. Suka ada yang nggak mau ngasih informasi soalnya. Hehe

Setelah tidak diterima daftar jadi guru TPQ, saya terima nasib jadi mahasiswa aja. Tapi sempat juga kerja jadi analis media, walaupun cuma beberapa bulan. Makanya saya suka terharu dan bangga jika ada mahasiswa bisa kerja sambil kuliah. Karena energi untuk keduanya itu sangat luar biasa, capek.  Tapi kerja itu seneng, dapat duit sendiri kan. Dan itu yang biasanya membuat beberapa mahasiswa kuliahnya terbengkalai. Jadi walaupun temen-temen kerja, usahakan kuliahnya tetap diperioritaskan. 100% kerja, 100% kuliah. Itu berat, tapi banyak yang bisa melampaui. 

Kembali lagi ngomongin tentang strategi. Strategi keterima kerja itu berkaitan erat dengan portofolio yang kita buat. Portofolio tidak bisa kita karang ketika akan kerja, tapi dia rekam jejak ketika jauh sebelum kita membutuhkan kerja. Jadi, selama masih menjadi mahasiswa ikutlah kegiatan yang bisa membangun skill kita. Kalau di organisasi ya total, ikut kompetisi mahasiswa, berkarya, ikut kursus, seminar, workshop dan berbagai kegiatan lainnya. 

Sebetulnya pekerjaan itu banyak, tidak hanya yang ada di info loker. Kuncinya, cari peluang dan buat peluang. Buat instansi itu tidak punya pilihan untuk menolak kamu sebagai calon karyawan. Kalau menurutmu jadi karyawan itu nggak keren, lebih keren sebagai enterpreneur, dalami dengan baca tulisan para enterpreneur. Karena jadi enterpreneur itu kalo ibarat detak jantung, naik turunnya lebih hebat daripada karyawan. Jadi pilihan masing-masing aja. 

Daftar CPNS tapi sudah kerja di instansi swasta, harus gimana?

Setelah lulus S2, alhamdulillah keterima di Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di daerah saya. Saya sangat bersyukur dengan pekerjaan saya saat itu. Karena lama merantau membuat saya rindu tinggal dengan orang tua. Dan walaupun kelihatannya semudah itu, ternyata ada juga teman yang daftar di tempat yang sama tapi tidak dapat panggilan. Selain itu, di PTS daerah semangatnya adalah berjuang membesarkan instansi. Jadi tidak usah minder jika bekerja di PTS daerah.

Sudah mendapat pekerjaan tentu membuat saya berpikir ulang ketika orang tua menyarankan untuk mengikuti seleksi CPNS. Apalagi rahasia umum bahwa pendaftar CPNS pasti ribuan. Itu sudah membuat saya hopeless. Tapi atas nasihat banyak orang, saya ikuti proses itu. 

Berkas yang disiapkan amat sangat banyak, seleksinya panjang, otomatis jangka waktu pendaftaran, ujian hingga pengumuman yang diperlukan amat sangat panjang. Yes, begitulah pendaftaran CPNS. Walaupun tidak ada biaya mendaftar tapi biaya riwa riwi, foto copy, dan mengurusi ini itu juga banyak.

Tidak dipungkiri, ketika dibuka pendaftaran CPNS, instansi PTS itu terancam kehilangan dosen atau pegawainya. Karena belakangan saya tahu, ternyata di instansi saya sebelumnya juga banyak yang daftar CPNS. Maka tidak heran jika kemudian muncul kebijakan dari PTS, untuk ijazah asli harus dipegang instansi.

Pimpinan tempat kerja baru mengetahui jika saya sedang mengikuti seleksi CPNS, saat saya ditawari untuk mendaftar NIDK. Dan saat itu saya sudah lolos seleksi berkas. Adanya dua pilihan itu sempat membuat saya bimbang, karena CPNS peluangnya juga tidak diketahui. Apalagi sudah di depan mata ditawari sebagai dosen tetap. Setelah meminta nasihat, akhirnya saya tetap mengikuti kehendak orang tua untuk lanjut proses CPNS. Kaprodi serta pimpinan cukup bijaksana dengan mempersilakan saya mengambil peluang untuk daftar CPNS. Menangis tentu saja. Ada rasa bersalah karena sudah mengecewakan ekspektasi mereka kepada saya. Tapi juga lega akhirnya saya tidak kucing-kucingan lagi.   

Waktu pendaftaran hingga pengumuman cukup lama. Selama masa tunggu itu, saya menghabiskan satu semester dengan mengajar, terhitung empat bulan kerja secara full. Ini pertama kali, fresh graduate, bener-bener baru lulus saya langsung mengajar secara klasikal. (Terima kasih atas kesempatannya!) Bahkan dari gaji saya saat itu, walaupun mungkin tidak seberapa, saya bisa mengurusi semua hal untuk pendaftaran, perpanjang pajak motor, periksa ke SpKK kulit kaki ku. (Maap dijabarin, biar saya inget wkwk) Sangat bersukur ketika menerima amplop gajian. Terlebih saat itu kondisi ekonomi keluarga memang lumayan krisis. Berbarengan dengan adik kuliah dan ada juga simbah yang ngikut di rumah ortu.

Setelah pimpinan mengetahui saya sudah tidak bisa meneruskan, otomatis saya harus out. Saya rekomendasikan salah seorang teman seangkatan S2 untuk menggantikan posisi saya. Saya bener-bener pastikan dengan teman saya dahulu kalau dia memang akan bisa istiqomah. Alhamdulillah saat itu ada empat pendaftar dan teman saya bisa lolos dan cocok dengan kualifikasi pimpinan. (Sekarang di tahun 2020 sudah menjabat) Tepat akhir bulan setelah gajian saya diminta out, ketemu hanya sehari dengan teman saya, besoknya sudah pamitan. 

Beberapa kasus yang terjadi di tempat kerja saya, banyak yang resign tapi tidak pamitan. Tapi saya tetap membuat surat pengunduran diri, pamit dengan semua orang di kantor. Berharap semoga tetap terjalin silaturrahim dengan kantor lama, terlebih bisa kembali sebagai narasumber. Aamiin

Lanjut ke part II yaa  







  



 

Selasa, 28 April 2020

Cara Menjadi Pegawai Baru yang Enjoy


Ilustrasi doc. pribadi

Setiap orang dalam perjalanan karirnya, normalnya akan mengikuti alur sebuah roda. Dimulai dari level terendah hingga tertinggi, kalau pegawai negeri misalnya ada pelaksana, penata muda, madya, pembina, dsb. Dari penyebutan jabatan saja sudah kelihatan bagaimana hierarki pekerjaan macam pegawai negeri, juga pegawai-pegawai kerah biru lainnya, atau mungkin juga menimpa pegawai kerah putih.

Sebagai pegawai baru dalam level pelaksana, memang harus sadar bahwa setiap pekerjaan yang diperintahkan harus mengucapkan, "Siap, laksanakan!" Selain itu, pegawai baru itu jangan berani-berani merintah pegawai senior. Bisa berabe ya kan. Tapi job description saya mengharuskan itu. Kadang (bahkan sering) minta pegawai senior buat ngumpulin ini itu, entah bagaimana perasaan mereka. Mungkin kesal.Tapi dalam konteks pekerjaan saya memang mengharuskan seperti itu. Jadi tergantung mereka merasa diperintah atau terbantu karena adanya saya. Toh ketika pencairan, itu juga menjadi milik mereka. Jadi di sini tipsnya, kamu sebagai pegawai baru harus sadar kalau kamu itu "kongkonan" dan berani nolak ketika kerjaan itu bukan kerjaanmu.

Menjadi sadar kalau kamu "kongkonan" itu menjadikan kamu enjoy. Kenapa gitu, ya it's oke memang sekarang level ku seperti ini. Kalau kamu tidak sadar itu menimbulkan tekanan dalam otak. Perasaan kamu nolak tapi kamu lakukan, itu jadi tidak nyaman. Jadi sebisa mungkin kamu terima itu pekerjaan dan lakukan dengan senang hati. Hey! menjadi kongkonan itu tidak selalu menjadi orang yang direndahkan. Anggap saja kamu menjadi orang yang dipercaya. Yakini setiap pekerjaan terbaik yang kamu lakukan, itu kembalinya ke kamu juga. Kelak menjadi pegawai rendahan juga menjadi pembelajaran berharga kamu, bagaimana memperlakukan orang jika roda kamu sudah berputar.

Menolak beberapa pekerjaan yang bukan job desk mu juga ada caranya. haha Jadi beberapa kali saya disuruh untuk melakukan hal yang dibilang enteng, suruh ngprint dan membuat berkas yang kurang. Walaupun enteng kelihatannya, itu akan menjadikan orang tuman. Jadi tugasmu ngumpulin kan, bukan membuatkan. Sadarlah itu bukan tupoksimu. Terkadang juga jika situasinya mendesak saya juga melakukan itu. Tapi beberapa kali saya ditegur sama atasan langsung, jangan mau mbak. Ngomongnya bagaimana? misalnya kita minta maaf kalau sedang harus segera menyelesaikan pekerjaan ini. Selain itu melakukan kerjaan yang bukan job desk mu itu sangat tidak sehat untuk keseimbangan job yang lain. Parahnya, jika ada atasan yang terlanjur nyaman ngasih kerjaan ke kamu karena entengan. Jadi kamu sendiri nanti yang susah. Demi kesehatan organisasi juga sih menurutku. Sebab organisasi yang sehat itu ya setiap orang harus jalan dan sadar dengan kerjaannya.

Organisasi yang tidak sehat memang bikin sutrisna. Nyata memang kalau beberapa pegawai ada yang makan gaji buta. Walaupun secara usia senior, tapi tidak bisa dijadikan panutan yang baik. Tapi kita nggak bisa juga iri dengan mereka lalu malah ikut-ikutan makan gaji buta. Tetap ingat bahwa pekerjaanmu itu yang nantinya membuat gajimu halal. Oke.

Keep enjoy dan salam waras!

Baca juga https://scholiwriting.blogspot.com/2020/04/Tahlilan-dan-Virus-Korona.html
 




 








Rabu, 22 April 2020

Tahlilan dan Virus Korona



Pemakaman kakek (28/4/2020) Dok. pribadi

Himbauan #dirumahaja tidak lah sekadar hastag di media sosial, tetapi menyergap pelosok-pelosok desa di Indonesia. Pemerintah desa sangat ketat dengan aktifitas sosial masyarakat, tak terkecuali ketika ada peristiwa kematian.

Medio Maret tanggal 16 hari Senin bertepatan dengan pengumuman pemerintah adanya pasien positif virus, kantor saya pun mengumumkan lockdown. Situasi ini mengejutkan terutama masyarakat awam, sebab Indonesia terhitung paling akhir mengumumkan adanya orang dengan positif korona daripada negara-negara di dunia. Padahal sempet ramai olok-olok di sosial media kalau Indonesia immune dari korona. Mungkin ini mustahil atau mengejutkan atau apa bahasanya, sulit percaya karena wujudnya tidak kasat mata, tapi banyaknya korban jiwa tidak bisa kita menutup mata.

Dua hari sebelumnya tanggal 13-14 saya pergi ke Jakarta untuk urusan pribadi. Di dalam kereta saya membaca dari story teman kalau Ancol tutup sejak saat itu hingga 14 hari kedepan. Saya masih sulit percaya, tapi dikasih tau teman agar bawa bekal tiga masker kain untuk pergi ke mana-mana. Tetapi betapa orang tua di rumah yang terpapar berita sudah sangat khawatir, sering menelpon dan menanyakan kondisi. Stasiun belum ada kebijakan apa-apa, masih biasa saja. Penumpang masih ramai, tidak ada pemeriksaan apapun. Tetapi sampai di Jakarta, masuk di gedung-gedung sudah ada pengecekan suhu, sterilisasi, dan hand sanitizer di mana-mana. Terpaan informasi yang sangat besar menjadi kami khawatir. Sampai di kosan tanggal 15 saya sudah melakukan protokol kesehatan, seperti harus langsung membersihkan pakaian dan barang ketika habis bepergian. Khawatir tentu saja, bahkan  batuk dan demam rasanya jadi overthinking.

Senin sedang Kamis saya masih berangkat kantor untuk mengerjakan tugas-tugas administrasi, tetapi kegiatan pendidikan sudah mulai online. Hari Jumat saat mau ngantor, ternyata gerbang sudah tergembok, tanda sudah harus pulang. Para pimpinan dan pegawai dibuat piket bergiliran, selain mereka yang piket, kami work from home. Seketika langsung pulang, khawatir naik kendaraan umum, akhirnya pulang naik sepeda motor.

Lima hari saya di rumah, kakek yang tinggal di rumah orang tuaku merasa tidak nyaman di bagian perut, dan minta ke rumah sakit. Keluarga besar pun bingung, kondisi sedang ramai berita virus, rumah sakit pun satu tempat yang kalau bisa jangan sampai ke sana. "Tapi ini situasi darurat," kata saya. Membiarkan dirawat di rumah pun sangat berisiko. Akhirnya setelah rembukan yang lama, saya cari ambulans dan membawanya ke rumah sakit terdekat. Protokol rumah sakit berbeda dari biasanya, pasien hanya boleh ditunggui oleh satu orang, tentu ini sangat repot sekali. Tapi ya akhirnya ada solusi.

Innalillahi wa inna ilaihi roji'un, hari Jumat malam Sabtu pukul satu dini hari kakek dikabarkan meninggal. Dari rumah sakit langsung di bawa ke desa asalnya untuk dikebumikan. Biasa kalau kematian ada tenda, pemerintah desa melarang untuk pasang tenda, menyediakan tempat cuci tangan dan sabun di depan rumah. Mungkin ini jadi masa berkabung yang paling berkabung. Om dan tante dari Jabodetabek bingung mau pulang apa tidak, akhirnya pulang juga. Tentu dengan protokol kesehatan yang ketat. Mana situasi saat itu di Tegal menerapkan pembatasan atau lockdown wilayah. Dan di kota ada salah seorang anggota DPR RI yang usai melakukan pembagian masker positif dan dikabarkan meninggal. Tentu situasi ini mencekam.

Baru sekarang saya memahami betapa takziyah itu menjadi peringan hati orang yang sedang berduka. Entah kenapa tetangga terdekat di desa sana itu fanatik sekali dengan himbauan #dirumahaja padahal tamu-tamu juga lumayan yang datang jauh dari wilayah kami. Terpaksa saya bilang mereka egois dan tidak ada solidaritas sosial. Jika saya bandingkan di desa saya, ketika ada kematian para tetangga juga banyak yang takziyah. Sampai heran bisa-bisanya itu terjadi di desa, sampai tante saya 'ngrumangsani' kalau saya rajin tahlill, takziyah kok pada tega nggak datang. Hingga tujuh harinan kami hanya siapkan 40 paketan. Bahkan untuk 40 harinan nanti, kami bingung, harus ngundang mereka apa tidak, seperti percuma. Saya bersyukur di desa saya sendiri tahlil malam Jumat masih ada 40 an orang yang ikut hadir mendoakan mbah di rumah saya.

Geliat Ramadhan 


Dua hari lagi tepat hari Jumat tanggal 24 April akan memasuki bulan Ramadhan. Ketegangan warga terkait korona sudah sedikit mengendur. Walau berita di media masih subur. Pedagang di pasar dan alun-alun sudah mulai ramai walau dibatasi jam beroperasi. Kondisi Indonesia yang tidak terlalu  sistematis dan warga yang ngeyelan, semoga menjadikan pulih lebih cepat. Saya tidak bisa membayangkan jika lockdown ini lebih dari satu atau dua bulan, apa masih kuat kami para menengah ke bawah ini. Sebab apa, dampak virus ini di sektor ekonomi sangat besar. Ipar kakak saya yang pelihara ayam pejantan sangat terpukul, satu ekor ayam dihargai Rrp 14.000,00 dan dia memilih menjual sendiri seharga Rp 20.000,00. Dan desa kami tidak seperti desa yang benar-benar desa, di mana bisa ambil 'rambanan' sekenaknya, karena nyatanya untuk daun ketela dan kangkung misalnya ibu masih belanja di penjual sayur. Hanya bersyukurnya kami yang dekat dengan tambak, masih leluasa konsumsi ikan.

Herannya, negara masih memainkan berbagai gimmick. Melarang mudik, padahal mudik itu menjadikan geliat ekonomi warga, coba bayangkan hidup di kota yang sedemikian tertata. Sistem tidak kerja tidak ada uang itu kejam. Sedangkan kantor dan warung disuruh menutup aktifitas, tapi mereka tidak boleh kembali ke kampung halaman. Setidaknya di kampung masih aman, dengan biaya hidup lebih murah, masih menjanjikan dengan keberadaan saudara yang bisa kita pinjam berasnya, tempe masih Rp 1.500,00 betapa bersyukurnya kami.

Saya membayangkan cerita dari I Made Supriatna, jika di Amerika, negara yang sangat tertata, tidak punya kerja sama dengan tidak ada dollar, tidak ada dollar artinya tidak bisa bayar rumah, tidak bisa punya rumah jadi tidak punya alamat, tidak punya alamat artinya tidak bisa cari kerja. Wow itu sangat mudah sekali membuat orang mati sebab frustasi.

Tapi banyak hal yang bisa kita syukuri di tengah pandemi ini, bisa di rumah dan sambil bekerja, bisa full Ramadhan dengan keluarga, bisa menikmati webminar dari para profesional gratis, ngaji online dari pondok mana saja tinggal pilih, dan saya enjoy aja #dirumahaja, yang penting nanti panen ikan nila harganya sudah bagus dan hasilnya mantap. Aamiin Kabarnya di berita, polusi bumi berkurang banyak dan bumi sedang memperbaiki diri. Mungkin sebentar lagi memasuki musim kemarau, saya berdoa kemarau nya lebih manusiawi, tidak ada kejadian kekeringan dan hasil pertanian juga masih aman. Saya masih yakin rahmat Allah masih melimpahi kita warga Indonesia insya Allah. :)

Thanks for reading!





 










Senin, 30 Maret 2020

Ujian Tengah Semester (UTS) Ilmu Penyuluhan KPI

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Berikut tugas untuk Ujian Tengah Semester Makul Ilmu Penyuluhan t.a semester genap 2019/2020.
Sebelum mengerjakan tugas ini, mahasiswa harus melakukan satu kebaikan untuk masyarakat (sosial eksperimen) kemudian melihat respons warga masyarakat yang menerima. Tuliskan dalam bentuk narasi minimal 1200 karakter.

Berikut link UTS dalam bentuk google form  https://forms.gle/DV6QVaukRaaJ9RdU7

Selamat mengerjakan! Semoga Allah meridhai.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Rabu, 26 Februari 2014

Naskah III




CINTA DUNIA DAN TAKUT MATI

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
 الحمد لله  نحمده ونستعينه  ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا , ومن سيئات أعمالنا  من يهده الله فلا مضل له  ومن يضلل له فلا هادي له ,الصلاة والسلام علي اشرف الانبياء والمرسلين وعلي اله وصحبه اجمعين. امابعد
Kepada yang terhormat ulama’ dan umara’
Yang terhormat pimpinan majelis ta’lim al-Ikhlas
Jama’ah pengajian yang dimuliyakan Allah
Pertama, marilah kita haturkan rasa tasyakur kita kepada Allah Ta’ala yang telah memberikan kasih sayangnya kepada kita dan seluruh makhluknya, sehingga kita dapat berkumpul di majlis yang Insya Allah mubarak.
Kedua, shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW semoga kita tergolong umat yan mendapat syafa’atnya.
Ibu-ibu pengajian yang dirahmati Allah
Beberapa orang berfikir jika kebahagiaan dan kemakmuran di dunia adalah segalanya. Sehingga mereka takut kehilangan harta benda serta takut mati. Mereka tidak terfikir jika setelah kehidupan dunia ada kehidupan yang lebih kekal, yaitu akhirat.

Selasa, 07 Januari 2014

Muara Pada Akhirnya



Judul : Rantau 1 Muara
Penulis : A. Fuadi
Terbit : Cetakan pertama Mei 2013
Tebal : 407 Halaman
Penerbit : Kompas Gramedia
ISBN : 978-979-22-9473-6
Resensator : Farida Rachmawati


Merupakan penutup dari trilogi Negeri 5 Menara. Novel ini tentu saja sangat ditunggu oleh pembaca, terutama mereka yang ingin tahu kelanjutan kisah Alif. Masih tentang semangat menggapai impian, mengarungi hidup dan menemukan muara. Novel Rantau 1 Muara (R1M) ini ditulis dengan bahasa yang apik, penuh hikmah, namun tidak menggurui.
Setelah dua ‘mantra’ man jadda wajada siapa bersungguh-sungguh berhasil, man  shabara zhafira siapa yang bersabar akan beruntung. Dalam R1M penulis juga masih menggunakan pepatah Arab, yaitu man saara ala darbi washala siapa yang berjalan dijalannya akan sampai ke tujuan.  Bahwa hidup hakikatnya adalah perantauan. Suatu masa akan kembali ke akar, ke yang awal, muara segala muara.