Sabtu, 21 September 2013

Ngefans Sama Fuadi



Saya suka menulis, tapi itu bukan modal yang cukup untuk menjadi penulis hebat. Harus ada usaha dan hasil riil yang menyertainya. Maksudnya adalah, kamu punya karya yang kontinyu, berkualitas dan karya itu bisa dinikmati orang dan mempunyai manfaat. Bagiku itulah kepuasan menjadi penulis. Dan lebih-lebih kalau karya itu ‘mencetak’ uang. :D

Seperti tekadku mulai semester ini, yang kebetulan mata kuliah tinggal dua atau empat SKS saja. Aku bertekad kalau aku akan lebih serius untuk menulis. Tidak hanya untuk majalah kampus tetapi juga untuk media massa umum.Yah... meskipun belum pernah sama sekali artikelnya muat di media massa.:( Mau aku digambleng kayak Bang Togar ke Alif. Hahah
Pikiran revolusioner itu tidak muncul begitu saja. *ceileeh. Aku sangat terinspirasi dengan tulisan dari Ahmad Fuadi. Penulis dari trilogi Negeri 5 Menara. Ia yang seorang jurnalis, dan membuat novel degan latar belakang jurnalis-santri. Aku merasa sangat dekat dengan setting cerita itu. Setidaknya mempunyai hobi yang sama, menulis dan mencari ilmu. Hehe
 Ya. Ia membuatku tergugah untuk tidak hanya menulis di presma (pers mahasiswa). Salah satunya perkataan Bang Togar kepada Alif “jangan hanya jadi jago kandang” dalam Ranah 3 Warna.
Ada juga penggalan dari Imam Ghozali, yang Fuadi tulis dalam Rantau 1 Muara. Kurang lebih kata-katanya seperti ini : kalau kalian bukan anak raja atau perdana menteri maka menulislah, maka kalian akan dikenang orang.
Kemudian  ada lagi, kira-kira kalimatnya seperti ini, "menulis itu bikin awet muda. Karena karya akan tetap ada, meski penulisnya tiada."
Keajaiban menulis yang lain adalah, saat Alif mengikuti seleksi duta muda. Saat itu ia disuruh menampilkan kesenian Indonesia. Alif sadar kemampuannya pas-pasan tetapi dengan membawa 30 artikelnya yang dimuat di Koran. Ia ‘menyumpal’ para penyeleksi beasiswa. Dan akhirnya ia lolos untuk pergi ke Kanada secara gratis. (menjadi salah satu impianku juga #study abroad. Mungkinkah?)
Tentu saja masih banyak ‘keajaiban’ menulis yang ditulis Fuadi. Termasuk menemukan belahan jiwa. Haha.
Dan semoga man yazra’ yahsud orang yang menanam akan menuai- dari usaha menulis ini tidak akan sia-sia. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar